Sejarah Kelam Kota Sawahlunto


Helo Traveler.. kali ini Admin Homestay Sawahlunto akan bercerita sedikit tentang sejarah kelam Kota Sawahlunto. Penuh misteri, penuh duka, penuh darah dan tangisan. Tapi itulah tonggak sejarah yang tak boleh dilupakan oleh generasi milinela skarang.  


Kota Sawahlunto memiliki sejarah kelam dimasa lalunya. Dimulai saat kedatangan kolonial Belanda ke Batang Ombilin (Sawahlunto,kini) Tahun 1858 di bawah peneliti geologi Belanda Ir. C. De Groot van Embdendi yang kala itu menjabat sebagai kepala pertambangan mulai mengendus keberadaan batu bara di kota ini. Tahun 1862 De Groot  mengajak serta ahli geologi Willem Hendrik De Greve untuk melakukan penelitian dan memastikan bahwa memang ada kandungan batubara di sana. Pada tahun 1867, De Greve diperintahkan untuk melakukan penelitian intensif dan menyatakan bahwa kandungan ‘emas hitam’ di aliran Sungai Ombilin tak kurang dari 200 juta ton, yang tersebar di beberapa tempat, seperti Parambahan, Sigaloet, Lembah Soegar, Sungai Durian, Sawah Rasau, dan Tanah Hitam. Tahun 1871 ia bersama W.A. Henny, mempublikasikan hasil penelitiannya yang judul Het Ombilien-kolenveld in de Padangsche Bovenlanden en het Transportstelsel op Sumatra’s Weskust (’s Gravenhage: Algemeene Landsdrukkerij). Yang lebih kurang berarti "Ladang batubara Ombilin di Dataran Tinggi Padangsche dan Sistem Transportasi di Pantai Barat Sumatera" (Den Haag: Umum National Printing House).

Oke, itu sedikit soal sejarah pertama kali ditemukannya batubara di Kota Sawahlunto ini. Nah skarang, mimin mau cerit soal kelamnya sejarah Sawahlunto imbas dari ditemukannya kandungan batubara ini. Ngopi dulu dong ah...


Untuk mewujudkan penambangan batubara, Belanda mengirimkan tahanan perang dari berbagai daerah Jawa dan Sumatera. Tahanan perang yang dimaksud adalah pribumi yang menentang kolonial Belanda atau tahanan politik. Mereka disuruh untuk kerja paksa dengan kaki yang kunci dengan rantai besi agar tidak melarikan diri. Itulah kenapa disebut manusia rantai. Tidak ada nama bagi mereka. Yang ada hanya nomor registrasi tahanan yang melekat pada tubuh mereka. Bekerja dibawah tekanan, tanpa alat pengaman dalam menggali lubang tambang, mati dalam ledakan gas metan, atau dihantam timah panas sang penguasa disaat itu. Hingga saat matipun, batu nisan mereka hanya bertuliskan nomor-nomor tanpa nama. Sampai saat ini belum diketahui siapa nama dibalik nomor-nomor di batu nisan tersebut.Mengenaskan...

Sejarah Manuasia Rantai yang masih penuh misteri ini, bisa dilihat di Objek Wisata Info Box, Lubang Mbah Soero. Disini anda dapat melihat koleksi masa penjajahan dulu dan cerita tentang orang rantai dalam menggali lubang tambang di Sawahlunto ini. Di sini, anda bisa masuk ke Lubang Mbah Soero yang merupakan bekas lubang tambang bawah tanah tersebut. Banyak cerita mistis disini yang tak akan mimin ceritain. Karna anda akan engetahuinya saat berkunjung kesini.


Selain itu, bukti lainnya dapat dilihat di Museum Goedang Ransoem (Gudang Ransum), yaitu museum yang menyimpan batu nisan yang bertuliskan nomor-nomor tenaga kerja yang telah mati. Gudang ransum adalah dapur besar untuk memasak makanan bagi para pekerja dan juga petinggi-petinggi kolonial. Distribusi makanan, konon diangkut dana lorong-lorong bawah tanah untuk diberikan pada para pekerja. Jadi wajar, jika di Kota Sawahlunto ini banyak terdapat lorong-lorong bawah tanah sebagai jalur distribusi makanan atau jalur menuju berbagai tempat seperti rumah sakit, pembangkit listrik dan lain sebagainya. Yap,.. tentunya semua lorong bawah tanah ini adalah hasil dari keringat dan darah orang rantai.  


Setelah tugas pertama orang rantai membuka penambangan batubara,  Penjajaja melanjutkan laporan yang pernah dibuat De Greve tentang pembangunan sistem transportasi yang akan mengangkut hasil tambang ini ke Pelabuhan Emmahaven yang kini dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur. Kolonial akhirnya memilih untuk membuat jalur kereta dari Sawahlunto ke Teluk Bayur. Nah, kembali kolonial mendatang kan tahanan perang lainnya untuk membangun jalur kereta ini. Dan tentunya tetap menggunakan rantai di kaki nya. Bukti sejarah tentang pembangunan jalur kereta ini kini dapat dilihat di Museum Kereta Api Sawahlunto yang menyimpan koleksi benda dan foto-foto bersejarah lainnya.

Mungkin itu sedikit cerita mimin soal sejarah kelam Kota Wisata Tambang Yang Berbudaya ini. Masih banyak misteri yang disampaikan oleh orang tua yang masih hidup di Kota Sawahlunto ini. Tai sekali lagi, masih perlu pembuktian dari cerita tersebut tentang kebenarannya.  

Kota Sawahlunto memiliki Homestay yang cukup baik dan layak diperhitungkan. Dengan standar kamar yang mirip hotel, kamu akan merasakan suasana kekeluargaan yang hangat saat menginap di Homestay Kota Sawahlunto. Seperti sedang berlibur dan menginap di rumah keluarga sendiri Sob... Keren lah! Untuk booking, Kamu bisa Telp/WA/SMS mimin di 082174163000, dan mimin akan carikan homestay terbaik untuk kamu.

Posting Komentar

0 Komentar